Langsung ke konten utama

Empat kota, Empat Cerita Writingthon Asian Games 2018



Apa yang kalian pikirkan pertama kali saat mendengar kata “Asian Games 2018” atau melihat poster-poster Asian Games 2018 dipasang disetiap jalan dan tempat umum di daerah kalian? Kalian semua pasti tahu dong, Asian Games itu ajang lomba Internasional yang ga main-main. Semua negara mengirimkan perwakilan negaranya untuk bertanding dan memperebut kejuaraan bergengsi ini. Nah, berita baiknya, tahun 2018 Indonesia tuan rumahnya! Wow, ga kebayang kan? Bahkan sekalipun selalu saja ada problema ditengah-tengah negara kita, sekalipun banyak negara-negara yang lebih hebat dari negara kita, Indonesia tetap dipercayakan oleh dunia. Tentu harapan seluruh masyarakat Indonesia adalah memberikan tempat yang terbaik untuk semua peserta dari seluruh penjuru dunia dan tentunya menggantungkan cita-cita kepada pemuda kita untuk memperoleh piala kemenangan. Karena, siapa sih yang ga bangga negaranya menjadi tuan rumah?

Di artikel kali ini, akan ada cerita menarik dari 4 peserta Writingthon Asian Games 2018 yang terpilih mewakili daerahnya untuk mengikuti karantina, 15-18 Agustus 2018 di Jakarta. Writingthon Asian Games sendiri adalah ajang kompetisi menulis yang diselenggarakan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam rangka menyambut Asian Games 2018 yang tinggal dihitung hari. Empat orang terpilih dikumpulkan di kelompok 15 ini yaitu, Cynthia Nofentary Purba dan Ria Siti Juairiah adalah 2 kategori mahasiswa sedangkan Frederikus Naat dan Muhammad Wildan adalah 2 kategori bolgger. Cerita ini akan dimulai dengan kisah gadis kelahiran 1997, yang biasa disapa dengan Cynthia.

Cynthia Nofentary Purba, mahasiswi semester akhir yang tidak lupa menyelipkan nama skripsi di dalam doa dan puisi. Gadis berdarah batak yang hobi ngemil dan nulis sepenggal lagu-lagu. Dunia tulis menulis sudah digeluti sejak mengenakan seragam putih biru. Berawal dari menulis puisi recehan, hingga mengikuti lomba-lomba. Untuk gadis yang beranjak 21 tahun ini, menulis adalah hobi yang hingga sekarang dapat menjadi obat penenang dan sasaran pelarian dikala galau karena skripsian. Hingga detik ini, setiap ada kesempatan, pasti selalu mencoba untuk mengikuti lomba karya tulis, mulai dari puisi, essay, artikel, opini, karya tulis ilmiah, walaupun diantara semua lomba, hanya satu dua yang mendapat label juara harapan. Tidak apa, dia percaya dan yakin tidak ada usaha yang sia-sia, sekalipun hasil tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan, tapi selalu ada pelajaran yang dapat dipetik dari setiap pengalaman.


Awal dari semua cerita Writingthon Asian Games 2018 adalah, tepat pada tanggal 10 Juli 2018 dia melihat poster lomba ini di media sosial. Hal yang pertama kali dilihat adalah tema-nya. “Saat saya rasa sanggup, saya langsung mengetik. Karna percayalah, mencari ide dan inspirasi nulis itu ga gampang:’) situasi saat itu sedang dikantor dan gamau berlama-lama stres karena project sistem waktu itu, saya coba mengetik kata demi kata. Dan hari itu juga, naskah saya kirim ke @bitread_id”, begitu respon gadis ini seusai ditanya mengapa bisa terpilih di ajang kompetisi menulis Writingthon Asian Games 2018

30 Juli 2018 adalah hari dimana namanya diumumkan oleh website resmi @bitread_id sebagai pemenang kompetisi menulis Asian Games kategori Pelajar/Mahasiswa mewakili Kepulauan Riau.  sekitar jam 11 malam, dia dihubungi oleh pemenang perwakilan Kepulauan Riau kategori blogger via DM dan menanyakan apa benar nama yang keluar dipengumuman #WritingthonAsianGames kategori pelajar/mahasiswa waktu itu benar atau tidak. “Karna memang sejujurnya, saya lupa kapan pengumuman ajang lomba menulis ini dan jujur, saya pun tidak melihat bahwa salah satu hadiahnya adalah Mengikuti rangkaian acara Pembukaan Asian Games 2018:”) Bersyukur, terharu, bahagia bercampur aduk. Niat mau merahasiakan inipun akhirnya terbongkar juga”, kata gadis ini dengan terharu.

Dia mengaku didukung penuh oleh orangtua, keluarga, teman-teman, tetangga, kampus, serta media-media di Kepulauan Riau yang memberitakan namanya menang dan berkesempatan menghadiri seluruh rangkaian acara Karantina serta mengikuti Opening Ceremony Asian Games, 15-18 Agustus 2018 di Jakarta. Dia mengatakan, Kepulauan Riau sendiri sangat menyambut baik semarak Asian Games 2018. Walaupun jauh dari 2 tempat diselenggarakannya Ajang Lomba bergengsi ini, namun masyarakat Kepulauan Riau sangat antusias, baik melalui poster-poster diseluruh sudut jalan dan tempat-tempat umum, membantu promosikan dan memboomingkan di media sosial, hingga berkontribusi lewat karya, yang salah satunya Kompetisi menulis yang diadakan oleh Kemenkominfo dan Bitread_id.

Mahasiswi yang mengaku sering pacaran dengan koding dan deadline ini pun sudah beberapa kali mengikuti setiap acara ke luar kota. Sebelumnya dia mengikuti acara Jambore Mahasiswa Nasional di Bogor yang membuatnya dipertemukan dengan seluruh mahasiswa dari setiap Universitas yang ada di Indonesia. Tak kalah juga, dia pernah mengikuti Leadership Camp di Bogor yang diselenggarakan di Bogor tahun lalu, yang membuatnya dipertemukan juga dengan mahasiswa-mahasiswa terbaik dari seluruh PTN Negeri di Indonesia. “Tapi, Writingthon Asian Games yang paling menantang sekaligus pengalaman yang tidak akan terlupakan” katanya. Karena terbiasa hanya menghadiri acara-acara tanpa harus pusing-pusing memikirkan challange, dia mengaku ini adalah kali pertama dia berpergian dengan mengemban tanggungjawab penuh baik dari berangkat ke Jakarta hingga kembali ke daerah, sekaligus sangat bahagia karena dapat berkontribusi untuk menyemarakkan Asian Games 2018.

Naskah berjudul “Generasi Energi Tanpa Batas, Sang Anak Bangsa” yang dikirimkan kepada @bitread_id adalah cerita yang diangkatnya melalui pengalamannya selama mengabdi di Ekspedisi Nusantara Jaya jalur Pemuda di Pulau Posek, Lingga, Kepulauan Riau. Menurutnya, siapapun termasuk masyarakat pesisir yang tinggal dipedalaman, atau di bagian Indonesia manapun, semua masyarakat patut berbangga, bersyukur dan berdoa untuk segala kelancaran Asian Games 2018.

Saat ditanya tentang perjalanan dari mulai berangkat hingga sampai challange ini diadakan, dia mengatakan siap untuk mengikuti seluruh rangkaian acara, walaupun fisiknya tidak selalu mendukung dia untuk terlalu lelah. Saat sampai di Bandara Soekarno-Hatta, dia mengaku mual dan pusing yang diduga akibat jetlag dan kurang tidur sehari sebelum berangkat. Hingga pada saat seluruh rangkaian acara di hari pertama selesai, Cynthia mengaku demam dan tidak bisa tidur. Dia mengatakan quotes Ridwan Kamil yang berkata “Pekerjaan yang menyenangkan adalah Hobi yang dibayar”. Dia mengaku bertemu dengan penulis-penulis hebat dari setiap provinsi di Indonesia, berkenalan, mengikuti challange bersama-sama, mengenali karakter teman-teman dan menambah pengalaman adalah cerita hidup, mendapat motivasi dan bertemu pemateri-pemateri hebat adalah kesempatan yang tidak datang dua kali. “pusing-pusing dikit gapapa lah, semua terbayar di Writingthon Asian Games 2018. Saya senang, bahagia, bersyukur bisa berkontribusi melalui karya untuk Asian Games 2018”, tutupnya.

Cerita yang sama juga dialami oleh Wildan. Orang Cirebon yang sejak empat tahun lalu sudah membayangkan pembukaan Asian Games di Jakarta. Wildan adalah satu orang yang cukup beruntung. Di Acara Writingthon Asian Gamesc2018, pria kelahiran 10 Juli itu terpilih sebagai orang yang berangkat mewakili Jawa Barat.



Sebetulnya Wildan sudah menabung untuk nonton pembukaan Asian Games 2018 langsung dan dukung bersama kontingen Indonesia diajang empat tahunan tersebut. Tapi, ketika tahu tiketnya cukup menguras kocek. Wildan nyaris menyerah. Uang tiket masuk pembukaan asian games 2018 nyaris setengah gajinya.

Akhirnya dia kembali ke misi awalnya. Ikut Writingthon Asian Games 2018. Begini, sebetulnya sejak awal kompetisi yang diselenggarakan Bitread dan Kominfo ini ada. Wildan sudah kepincut untuk ikut serta. Tapi karena ini ajang nasional. Dia urung. Menurutnya nyaris tidak mungkin untuk menang. Ajang menulis lokal saja gugur diawal bagaimana jika harus bertanding diajang nasional? Sia-sia sepertinya

Tapi, ketika mendengar tiket masuk lumayan menguras dompet. Nothing to lose. Writingthon adalah kesempatan terakhir. Sekarang atau tidak sama sekali. Resmi dan bulat sudah dia mesti ikut Writingthon ini. Tapi mau angkat apa? temanya itu dukung bersama dari daerahmu. Cirebon dukung apa? spanduk ada tapi tidak begitu banyak. Dan kalau sekedar spanduk, semua orang bisa menulis spanduk. Hingga akhirnya diputarlah otaknya dan bertemu dengan satu nama. Ricky Karanda Suwardi

Dia adalah orang Cirebon atlet ganda campuran yang bakal berlaga di Asian Games tahun ini. Jadilah Ricky sebagai subjek utama Wildan dalam menulis. Dan orang tua Ricky adalah satu-satunya sumber utama yang bisa diperas informasinya. Dicari tahu resep keberhasilannya

Beruntung untuk Wildan karena orang tua Ricky ternyata cukup terbuka. Satu pertanyaan singkat bisa dijawabnya sampai 10 menit. Panjang dan detail. Sebuah bahan yang cukup untuk menulis.Sayangnya dia baru tahu kalau hari itu adalah hari terakhir batas pengumpulan karya tulis. “Mati kutu aku” begitu gerutunya saat tahu durasi berkaryanya hanya tinggal beberapa jam lagi.

Dengan segala ketidaksempurnaan itu Wildan kirimkan tulisan. Berharap banyak tapi tau diri. Dia sudah teramat sering gagal dalam lomba menulis. Barangkali dari 10 lomba tulis yang dia ikuti hanya satu yang berhasil dimenangkan. Itupun mungkin panitianya salah ketik. Entahlah yang jelas Wildan teramat tidak percaya diri.

Ketidak percayaan diri itu membuncah diujung waktu jelang pengumuman. Panitia Bitread mengumumkan jika satu provinsi hanya diwakili satu orang. Dan Jawa Barat adalah provinsi dengan peserta terbanyak. Mengetahui itu, segala doa tak lagi dipanjatkan Wildan. Segala harapannya sudah disimpan rapat. Dia bergegas untuk naik keatas genteng dan memutar antena TV nya. Harapan menonton pemukaan asian games hanya tinggal lewat TV di GBK sudah teramat tidak mungkin. Sudah ditutup segala Pikirnya ini akan sia-sia. Sama dengan kompetisi lain yang berakhir dengan kegagalan.

Waktu pengumuman akhirnya tiba. Jam 19.00 waktu itu.Segera dibukanya Instagram dan Bitread baru saja posting. Pengumuman sudah ada di website katanya. Begitu website dibuka. Namanya tetrtera sebagai kontingen Jawa Barat. Wildan menganga selama lima menit. Tidak menyangka. Senang bukan kepalang. Segala pikiran tentang kemegahan pembukaan Asian Games sudah terbayang diotaknya. Tapi, sekejap kemudian keriaan itu berhenti. Dia baru ingat jika yang punya nama Muhamad Wildan didunia ini tidak hanya satu. Alhasil dia benar-benar mesti menunggu hingga ada konfirmasi resmi dari Bitread. Lima hari kemudian konfirmasi itupun hadir. Wildan resmi jadi kontingen Jawa Barat. Belum setara dengan Ricky Karanda Suwardi memang. Subjek tulisannya yang jadi kontingen Indonesia. Tapi, kebanggaan itu memang harus disebar supaya hegemoni Asian Games semakin menggema ke sekujur Indonesia .

Kali ini, pengalaman Writtingthon Asian Games diceritakan oleh gadis cantik berhijab ping berkacamata yang berasal dari Sumatera Selatan. Sejak menyaksikan pesta pembukaan SEA Games melalui TVRI tahun 2011 yang lalu, anak bernama Ria Siti Juairiah ini telah berjanji bahwa saat dia dewasa nanti dia akan menyaksikan kembang api serupa di pesta olahraga sebesar itu. Dan saat mengetahui bahwa Asian Games 2018 akan dilaksanakan di Palembang dan Jakarta membuat impian lamanya kembali mekar dengan subur. Sudah sejak jauh hari ia menabung untuk ikut pembukaan tersebut, tanpa mengetahui bahwa pembukaan itu hanya akan diadakan di Jakarta, bukan di kota Palembang yang saat ini menjadi tempat tinggalnya.

Tapi mimpi itu tak berakhir disini, dia mencari lomba-lomba demi mengumpulkan uang untuk ikut pembukaan di Jakarta atau minimal ikut nonton pertandingan di Jakabaring, Palembang. Tak disangka-sangka nasib mempertemukannya dengan sebuah poster Writingthon Asian Games 2018 di instagram kemenkominfo.



Tak percaya diri awalnya, tapi itu tak menyurutkan niatnya. Meski dia menyadari kemampuannya tak setara dengan yang berpengalaman, bukan berarti dia tak berusaha sama sekali. 12 hari, paragraf per paragraf. Tulis, ganti lagi. Kurang bagus, revisi lagi. Terus mencari informasi untuk menambah bahan. Selama mencari informasi mengenai Asian Games 2018, tak bisa dipungkiri bahwa rasa bangga itu sedikit demi sedikit menyelip dihatinya. Tentang indonesia yang ternyata telah berkembang lebih jauh dari yang orang lain kira, lebih membanggakan dari yang orang lain katakan, dan lebih hebat dari yang orang lain perdebatkan. Jadi semua rasa bangga itu ia tuangkan kesebuah artikel berjudul “Asian Games 2018 sebagai Hadiah Besar Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke-73”. Saat itu dia merasa puas meski mungkin tak menang. Karena ia berkarya, maka ia bangga.

Dan impian kecil itu terwujud saat namanya tertera didaftar pemenang Writingthon Asian Games 2018, sebagai perwakilan dari Sumatera Selatan. Maka untuk meluapkan rasa senangnya, ia berkeliling ke kota Palembang. Dan ia jadi luar biasa bangga sebab masyarakat dan pemerintah Palembang telah memberikan dukungan dan sambutan besar-besaran untuk Asian Games 2018. Jika ada sebuah kota disebut kota biru karena semua sudutnya berwarna biru, maka Palembang bisa disebut sebagai Kota Asian Games 2018. Sebab kita bisa menemukan tema Asian Games 2018 disudut-sudut penting di kota ini. Di bis, halte, stasiun, alun-alun, bandara, tiang jembatan, tiang LRT, spanduk pinggir jalan, bahkan di gerobak sayuran milik pedagang di pasar dan pinggiran jalan. Sebab tak bisa dipungkiri bahwa Asian Games 2018 ini memberi pengaruh besar bagi kebangkitan kota Palembang. Kota lebih dirapikan lagi, pasar lebih dipercantik lagi dan tempat wisata lebih banyak dibangun lagi. Jadi karena telah memberi pengaruh positif yang luar biasa untuk pembangunan kota Palembang, maka masyarakat Palembang siap mendukung dan menyambut bersama Asian Games 2018. Dia mengaku sangat berterimakasih pada semua panitia yang memberinya kesempatan untuk mewujudkan mimpi dan mengenal orang-orang dari seluruh Indonesia melalui Writingthon Asian Games 2018.

Nah, kalau cerita terakhir ini berasal dari Nusa Tenggara Timur. Namanya Frederikus Naat. Seorang pemuda yang lahir di Kefa, sebuah kota kecil di dalam kawasan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ia terpilih menjadi salah satu peserta karantina Writing Marathon (Writingthon) Asian Games 2018. Sebelumnya, Ia berpartisipasi mengikuti kompetisi Writingthon Asian Games 2018 yang diadakan secara online. Syarat mengikuti lomba tersebut adalah membuat sebuah artikel tentang bentuk dukungan masyarakat NTT menyongsong perhelatan Asian Games 2018.  Berbekal info dari media sosial, Ia berjibaku selama kurang lebih 1 minggu demi meracik sebuah artikel yang kemudian Ia ikutkan. Dan akhirnya, terciptalah artikel berjudul “Asian Games 2018, Mari Kita Dukung Bersama”. Bersama Ardi, teman barunya dari Kota Kupang, Mereka mewakili Provinsi NTT. Kegiatan yang Ia ikuti merupakan sebuah kegiatan yang diinisiasi oleh Kemkominfo dan Bitread.id yang bertujuan untuk mendukung pagelaran Asian Games 2018 lewat media jurnalistik. Haru, bangga, dan bahagia tercermin dari gerak-geriknya kala mengikuti rangkaian kegiatan yang telah dimulai sejak Rabu, 15 Agustus 2018. Dan akan diakhiri pada Sabtu, 18 Agustus 2018 nanti.



Ia berkisah bahwa rasa malas, bingung, dan pesimis sering melanda dan menghiasi awal-awal penulisan artikel  . Maklum, Ia baru menekuni dunia jurnalistik beberapa bulan belakangan setelah dikenalkan oleh sebuah komunitas sosial di Jakarta, tempatnya bernaung di kala masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bekasi yang kini telah Ia tinggali karena telah kembali ke NTT untuk memulai karirnya. Pelan-pelan, Ia pun menyelesaikan artikel itu dan kemudian mengirimkannya satu jam sebelum perlombaan ditutup dalam keadaan signal yang terbata-bata di tempatnya kala itu.

Artikel berjudul Asian Games 2018, Mari Kita Dukung Bersama yang Ia tulis mengupas mengenai persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018, ajakan bagi orang lain untuk mendukung, dan juga mengenai bentuk dukungan langsung NTT terhadap Asian Games 2018. Sebagai warga NTT, Ia berbangga sekali karena Tarian Likurai, salah satu tarian kebesaran dari NTT akan menjadi salah satu menu pembuka pada acara pembukaan Asian Games 2018. Selain tarian Likurai, sekkitar 400 Ibu-Ibu di Flores mendapat mandat untuk membuat salah satu cinderamata asian Games 2018 berbentuk topi anyam berlogo Asian Games 2018. Ibu-Ibu tersebut bernaung pada perusahaan DuAnyam, salah satu perusahaan yang mengantongi lisensi unutk memproduksi cinderama Asian Games 2018.

Akhirnya, Ia mengajak semua warga Indonesia untuk dukung bersama pagelaran Asian Games 2018. “Tentunya, kita harus dukung bersama. Pagelaran Asian Games 2018 ini akan merepresentasi citra Indonesia di mata dunia”, imbuhnya kala mengakhiri kisahnya.

Kini sudah sampai waktunya untuk kita berbangga hati. Cerita-cerita diatas adalah sebagaian kecil betapa Asian Games 2018 punya dampak besar bagi masyarakat luas. Asian Games bukan sekedar pesta olahraga, Asian games adalah kebanggaan dan energinya harus terus disebar dan terus berpendar.

#AsianGames2018
#WritingthonAsianGames
#dukungbersama

Kelompok 15, pada saat Challange Writingthon Asian Games 2018
Hotel Millennium, 15-18 Agustus 2018, Jakarta


dukungbersama.iddukungbersama.iddukungbersama.iddukungbersama.idbitread.id

Komentar

  1. Silakan Kunjungi Artikel tajenonline.com

    Bolavita S128
    Bolavita Livechat

    Dan dapat Hubungi Kontak Kami +62-8122-222-995

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kala Pianis Asal Garut Harumkan Nama Indonesia di Kompetisi Dunia

Ada sekitar 2000 lampu bergelantung yang mengilat asal Austria, marmer-marmer kokoh pemberian Italia, cermin jumbo kualitas terbaik dari Belgia, pohon dedalu yang rimbun hibahan Kerajaan Britania Raya dan tentunya bangunan megah khas negeri adidaya. Disebuah bangunan kesenian bersejarah paling prestisius di Amerika Serikat itu, seorang pria kelahiran Garut melangkah, dengan setelan jas rapih dan rambut klimis, dia berhasil masuk dengan tepuk tangan yang riuh dan keluar dengan membuat seisi bangunan terpukau. Siapa dia sebenarnya? Barangkali bagi mereka yang menggemari dunia kesenian, akan sangat memimpikan tampil di John F Kennedy Center. Sebuah simbol kesenian masyarakat Amerika yang dibangun tepat di jantung negara, Washington DC. Setiap hari, kegiatan berkesian digaungkan disana. Ada banyak musisi yang tampil dan ada lebih banyak penonton yang melihat. Dari banyak musisi yang berhasil tampil disana. Barangkali Kasyfi Kalyasyena adalah musisi pertama asal Indonesia yang...

Saat Tayangan Bola Hilang, Mimpi Menjadi Pesepak Bola Ikut Melayang?

Ada satu hal yang membuat Jepang begitu superior dalam hal Sepak Bola setidknya di Kawasan Asia. Negara Matahari terbit itu selalu jadi langganan piala dunia bahkan selalu menjadi tim favorit tiap gelaran piala asia dilangsungkan. Selain itu bersama Korea Selatan, Jepang menjadi salah satu negara dari asia paling tinggi peringkatnya di FIFA Jepang melakukan pembibitan pemain muda dengan matang. Tak hanya membuat kompetisi dan terus mencari bakat-bakat terbaik kepelosok negeri. Jepang juga merangsang pola pikir anak-anak disana untuk mencintai Sepak Bola menggunakan anime berjudul Kapten Tsubatsa. Sedikit banyak anak-anak di Jepang menjadi ingin seperti Tsubatsa. berkeliling dunia menjadi pemain bintang asal jepang pertama yang menjuarai sejumlah gelar di benua biru Bahkan, bukan hanya anak-anak jepang saja. Anime ini juga di putar dibanyak negara. Indonesia adalah salah satunya. Dan tentu bagi anak tahun 90an menonton anime kapten tsubatsa adalah memupuk mimpi untuk jadi...

Bukan Cuma Narkoba, Ternyata Gula Juga Bisa Bikin Sakaw!

Selama ini kita ‘kecanduan’ biasanya selalu berkaitan dengan sesuatu yang negatif. Kata kecanduan erat kaitanya dengan kata bernilai minus lain seperti ‘kecanduan narkoba’ atau ‘kecanduan rokok’ padahal apapun yang membuat kita senang dan membuat kita melakukanya berkali-kali juga patut disebut kecanduan. Termasuk mengonsumsi gula Yap. Siapa yang tidak suka gula? banyak sekali makanan yang menyisikan oemanis alami ini sebagai bahan dasarnya. Apalagi kalau sudah masuk ke ranah cemilan atau kue-kue-an. Penggunaan gula sudah saklek dan tidak bisa ditawar lagi. Tak banyak yang bisa dilakukan pedang kue tanpa gula. Maka berterimakasilhla kita semua pada petani tebu dan para petani bahan dasar gula lainnya Faktanya seseorang terpikat melakukan sesuatu dan mengulanginya terus menerus oleh sebab dirinya bahagia meklakukannya . Begini, dalam otak manusia ada yang disebut dengan sistem imbalan atau orang-orang pintar menyebutnya dengan dopamin mesolimbik. Nah, saat diri kita merasa pe...