Sam Mendes, Quentin Tarantino dan Todd Philips memasang wajah tegang. Semua terdiam menanti aktris kawakan, Jane Fonda mengumumkan film terbaik di tahun 2020. Sedetik kemudian Jane berucap “and oscar goes to Parasite” Semua orang terhenyak kemudian bertepuk tangan atas kemenangan Film Asia pertama dalam sejarah Academy Award. Malam itu bukan Sam Mendes bukan Quentin Tarantino apalagi Todd Philips yang berdiri diatas podium dan menggenggam piala emas bernama Oscar. Tapi, seorang pria dengan rambut kribo yang terbang selama 11 jam dari Korea Selatan menuju Amerika. Dia adalah Bong Joon-Ho. Manusia paling mengejutkan dalam dunia perfilman tahun 2020
Bong Joon-Ho berdiri. Tertawa lepas, ia tak bisa
menyembunyikan kebahagiaanya. Malam itu, Asia merajai Amerika. Merajai dunia.
Dan sejarah itu tertulis atas nama film Parasite.
Terlepas dari mengejutkannya film Parasite menjuarai Academy
Award untuk kategori film terbaik. Banyak orang sebetulnya sudah
memprediksinya. Tapi, siapa yang sangka jika prediksi itu benar-benar nyata? di
tahun 2020, banyak film berkualitas bersaing. Once Upon A Time in Hollywood,
The irish Man, Merriage Story,1917 hingga Joker adalah judul-judul film yang
memiliki magis. Film-film itu adalah film kelas A yang tak bisa dinafikan
kualitasya. Tapi, Parasite memang lebih unggul dari segala sisi. Mulai dari
premis, penokohan hingga pengambilan gambar. Parasite memang dirasa lebih
bertaji ketimbang pesaingnya. Bahkan sebelum film terbaik diumumkan. Parasite
sudah menerima lima piala oscar untuk nominasi lainnya
Kemelut Cerita Komedi yang Berubah Jadi Tragedi
Parasite bercerita tentang keluarga miskin yang mencoba membalikan peruntungan. Semua bermula dari diterimanya Ki Woo mengajar privat Da Hye, anak dari konglongmerat keluarga Park. Dalam beberapa waktu, peringai Ki Woo disukai oleh keluarga Park. Bahkan, ibunda Da Hye begitu memercayai semua perkataan Ki Woo. Sampai dia bercerita jika anak dia yang kedua sedang membutuhkan guru les seni. Dengan cepat. Ki Woo menyampaikan jika dirinya punya kenalan seorang guru les seni profesional lulusan universitas ternama. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Ki Jung adiknya sendiri. Mereka berpura-pura tidak saling kenal supaya terlihat profesional. Keduanya bekerja menjadi pendampiing belajar dua anak keluarga Park.
Tak mau berhenti sampai disitu, Ki Jung menjebak supir
keluarga Park. Ketika pada sebuah malam Ki Jung diantar pulang oleh sopir
keluarga Park. Ki Jung sengaja melepas celana dalamnya dan meninggalkannya di
mobil. Keluarga Park menyangka jika sopirnya telah berbuat mesum di mobil. Sopir
itupun dipecat. Ki Jung merekomendasikan seorang sopir yang begitu ahli
mengendarai mobil. Sopan dan begitu profesional. Yeon Gyo istri tuan Park pun
setuju. Dia menerima rekomendasi dari Ki Jung dan mempekerjakan sopir tersebut.
Sopir yang direkomendasikan oleh Ki Jung adalah Ki Taek ayah kandung Ki Jung
dan Ki Woo.
Tiga anggota keluarga telah menjadi pekerja dari keluarga
Park. Ki Woo dan Ki Jung hendak memasukan ibu mereka untuk bekerja di rumah
tersebut. Dengan sedikit intrik yang begitu niat. Yeon Gyo memecat asisten
rumah tangga keluarga itu karena percaya pada pernyataan Ki Taek sang sopik
jika asisten rumah tangganya terkena TBC. Dengan begitu Chung Sook ibu Ki Woo dan Ki jung dapat bekerja di rumah tersebut
Konflik baru terjadi ketika mereka semua menginap di rumah keluarga
Park ketika sang majikan tengah berlibur. Mantan asisten rumah tangga keluarga Park
yang baru saja dipecat kembali ke rumah tersebut pada sebuah malam. Ia geram
ketika tahu ternyata guru les bahasa Inggris, guru les seni, sopir dan ART baru
keluarga Park adalah satu keluarga yang selama ini menipu. Terjadi sebuah
keributan hingga akhirnya terkuak fakta bahwa selama ini ada seorang pria yang
hidup di rubanah rumah Park. Pria itu adalah suami si Art yang telah lama tinggal
di rubanah rumah keluarga Park
Semenjak adegan itu. Komedi satir yang dibangun dari awal
musnah. Ketagangan mulai menyeruak dan fakta-fakta menarik serta plot twist
ditampilkan satu persatu hingga film selesai. Kalau kamu mau tau bagaimana
cerita detailnya, langsung tonton Parasite di platform resmi ya.
Kamu Boleh Miskin,
Tapi Tak Boleh Kehilangan Akal
Parasite sebetulnya adalah film dengan premis klise. Tentang si kaya dan si miskin. Si kaya dengan kemewahannya. Si miskin dengan kenestapaannya. Namun penjabaran premis film Parasite memang punya nilai diatas rata-rata. Penonton tidak dibuat jenuh dengan cara-cara si miskin mengoyak ketentraman si kaya. Kita dipertontonkan dengan lakon orang-orang miskin yang minim pendidikan namun bisa meyakinkan bahkan mengelabui orang-orang kaya dengan cara mereka sendiri. Pendekatan ini menarik. Bong seakan ingin mengabarkan jika seseorang boleh miskin tapi tak boleh kehilangan akal untuk mengubah hidupnya. Bong ingin menggambarkan jika seperti inilah hidup manusia yang ingin selalu berubah bagaimanapun caranya.
Diksi yang
Mengabarkan Realita Disekitar Kita
Bong Joon-Ho memang punya portofolio film yang begitu panjang. Tapi, film-filmnya selalau punya ciri khas. Ya, film Bong Joon-Ho kerap berkaitan dengan kritik sosial. Film Snowpiercer atau The Host yang dibungkus dengan sisi horor dan Sci-fi itu tetap menonjolkan kritik sosial yang begitu terasa. Di Film Parasite, rasa kritiknya jauh lebih pedas dan terang-terangan. Orang-orang luar Korea jadi tahu seperti apa sudut lain Korea Selatan yang tak pernah tersorot kamera serial-serial drakor. Disini, kita bisa melihat semua itu. Kita dbieritahu sisi kelam Korea Selatan lewat sudut kamera yang membingkai beragam sudut kota yang kumuh dengan kemiskinan yang bertumbuh. Disana, nyatanya masih ada orang-orang yang begitu susah untuk makan.
Disisi lain, ketimpangan terjadi. Orang-orang kaya makin
menumpuk hartanya. Mereka membangun rumah yang mewah dan canggih. Makan-makanan
yang enak setiap hari dan bisa pergi kemana saja kapanpun mereka mau.
Ketimpangan ini begitu digaris bawahi. Tentu adegan-adegan ini tidak asal
lewat. Bong sengaja membungkusnya dan menyajikannya untuk kita semua. Bahwa di
Korea Selatan hal seperti ini masih terjadi.
Sebentar, sepertinya menyoal ketimpangan, Bong tak hanya
menyinggung Korea Selatan tapi juga semua negara yang hingga kini masih
membiarkan ketimpangan yang jomplang terjadi. Parasite memang fiksi, tapi diksi
yang ditampilkan tak menampik realita yang ada disekitar kita
Kisah Satir dalam Alur yang Mengalir
Diawal film penonton akan diajak terbahak. Tertawa sekencang-kencangnya. Lalu perlahan tawa itu memudar, berganti ketegangan dengan transisi yang rapih. Semakin tegang hingga akhirnya pecah di lima belas menit terakhir film. Kita melihat darah, tangis dan luka dimana-mana. Penonton manapun akan lupa jika diawal film kita diajak terbahak. Kita belum berganti film. Tapi suguhan adegannya seolah sudah mengajak penonton berpindah bioskop. Kecerdasan itulah yang membuat film ini melenggang hingga panggung Academy Award
Komedi satir yang dibalut terasa begitu ringan. Semua orang
mungkin akan tertawa melihat adegan atau dialognya tanpa sadar jika beberapa
kita mungkin sebetulnya sedang disinggung secara personal oleh film ini. Kalau kamu sudah nonton filmnya coba tonton
lagi, dan maknai dialog per dialognya yang ternyata tidak sembarangan dibuat
Totalitas Para
Pemeran yang Begitu Matang Berakting
Karakter yang tampil dalam film Parasite dirasa begitu matang. Tokoh-tokoh ini sepertinya sudah begitu menguasai karakter. Lihat saja bagimana pintarnya Ki Jung, bagaimana cerdiknya Ki Woo atau mungkin bagaimana lugunya Yeon Gyo. Para aktor dan aktris memerankan pos karakternya dengan sesuai porsi. Tidak belebihan. Mereka juga mendalami skrip dengan cerdas. Mereka tampil selayaknya apa yang harus penonton lihat tentang karakter mereka. Semua kerja keras tersebut membuahkan hasil yang maksimal.
Menonton Parasite
Seperti Menaiki Roller Coaster dengan Mata Tertutup
Digarap dengan sinematografi yang elok dengan skoring yang menderu. Film ini berhasil memberi kesan yang terus menempel dibenak penonton bahkan setelah penonton telah rampung menyaksikannya. Sebagian orang mungkin bertanya. Kenapa film ini diberi judul Parasite? Diakhir film Bong Joon-ho menuliskan jika Parasite adalah parasit yang biasanya hanya mengambil keuntungan dari inang yang dia tinggali. Sekali lagi, sutradara kelahiran 1969 ini hendak menunjukan jika mahluk paling berbahaya di dunia adalah manusia
Saat ini kamu bisa nonton Parasite di berbagai platform
resmi seperti Vidio atau iQyi. Menonton film ini seperti duduk dalam roller coaster
dengan mata ditutup. Kita tidak akan tahu kapan roller coaster kita berbelok,
menanjak atau berputar.
Tulisan review ini memang dibuat dengan begitu sederhana dan
apa adanya. Kalau kamu mau baca review film yang lebih detail, simpel dan
akurat. kamu bisa kunjungi stius bacaterus sebagai salah satu media yang begitu
mahfum mengenai dunia perfilman. Di situs itu kamu akan membaca banyak review
film yang dibuat dengan penuh ketelitian dengan bahasa yang mudah dicerna.
Mengunjungi Bacaterus seperti menengok etalase buku tentang perfilman dimana
informasi tentang dunia seni peran ini dirangkum dan disajikan dengan
informatif dan menghibur.
Tulisan ini akan diakhiri dengan dua ajakan baik. Pertama,
selamat menonton sebuah masterpiece bernama Parasite. Kedua, selamat membaca
artikel-artikel seru dari situs film terpercaya bernama bacaterus
Foto 2 :
https://cdn-2.tstatic.net/jogja/foto/bank/images/parasite-kembali-sabet-tiga-kategori-di-los-angeles-film-critics-awards.jpg
https://variety.com/wp-content/uploads/2019/08/parasite.jpg?w=1000
Komentar
Posting Komentar