Wajar jika Cinta kemudian memutuskan hubungan dengan Rangga. Setelah bertahun-tahun berpacaran, satu waktu Rangga berhenti menghubuni Cinta dengan alasan yang tak pernah Cinta tahu. Sementara dalam sebuah hubungan, kita tahu selalu banyak hal yang dikorbankan, dan Cinta sudah berkorban banyak buat Rangga. Sementara Rangga terlalu takut dengan masa depannya bersama Cinta.
Diluar itu, sebuah hubungan kerap erat kaitannya dengan saling memproteksi pasangannya masing-masing. Saat seseorang masih jomblo. Dia bisa bebas pergi kemana saja, makan apa saja, main dengan siapa saja. Tapi, saat sudah berpacaran, akan ada proteksi yang lebih. Ada pembatasan-pembatasan yang berlaku. Tapi, tentu untuk mau dibatasi ada bayaran ‘kasih sayang’. Intinya satu, ketika kamu membatasi pasanganmu, kamu bertanggung jawab untuk membuat dia bahagia
Drama Rangga dan Cinta dalam AADC tahun 2016 itu kini tersaingi dengan drama lain yang tak kalah seru dari cerita AADC. Drama itu melibatkan setiap orang Indonesia. Drama itu bernama PPKM.
Sejakawal Juli lalu, pemerintah memberlakukan PPKM, maksud dari PPKM adalah mengecilkan ruang temu publik sehingga dapat menurunkan potensi penyebaran virus Covid 19. Bagus gak niatnya? Bagus, akui saja bahwa niatnya baik. Tapi, bagaimana implementasinya?
Semenjak PSBB tahun lalu dan PPKM tahun ini. Penulis hanya melihat pemerintah makin kreatif dalam hal olah kata dan membuat singkatan. Tapi soal penangan pengendalian virus, nilainya masih dibawah KKM, masih harus remedial. Buktinya tidak ada yang berubah dari tahun lalu sampai tahun ini. Yang berubah hanya istilah dari PSBB jadi PPKM. Keduanya sekali lagi punya niat yang bagus tapi tak berkeadilan
Kenapa tak berkeadilan? karena tidak semua orang bisa dibatasi. Tidak semua orang bisa diminta untuk diam dirumah saja. Kalau rumahnya sebesar rumah istana merdeka, mungkin masih betah, tapi kalau rumahnya hanya seluas petak kontrakan? bagaimana bisa betah. Sebentar, itu baru soal rumah. Bagaimana soal penghasilan? Tidak semua orang bisa Work From Home, tidak mungkin tukang Cilor WFH, mungkin sih, tapi potensi pembelinya tentu kecil dan akan berangsur menipis setiap harinya. Kan gak mungkin orang makan Cilor setiap hari selama dua minggu? Bukan hanya tukang cilor yang mengalami hal seperti ini, tapi banyak sekali pekerja harian yang kalau hari ini tidak jualan ya tidak makan. Ditambah, kantor-kantor tutup, sekolah tutup fasilitas lain tutup, pun mereka muter cari pelanggan, jalanannya tetap sepi, omzetnya pasti menurun
Belum lagi ada beberapa oknum petugas yang semena-mena menertibkan. Tau, itu tugasnya, tapi jangan kasar juga dong. Jangan bentak bentak apalagi rusak gerobak atau tempat jualan orang. Katanya masyarakat tidak boleh vandalis, tapi kenapa dicontohkan? Bapak-bapak yang menertibkan itu mungkin masih gajian, dipotong memang tapi masih punya uang. Sementara mereka yang jualan, jika tidak pergi hari itu ya dia dapat uang dari mana? Siapa bilang mereka tak takut virus? Takut. Tapi mereka juga takut gak bisa makan. Dua hal genting harus dihadapi berbarengan
Tidak ada yang salah dengan PPKM, tidak ada yang salah jika pemerintah mau menjamin hajat hidup semua orang. Atau, setidaknya tawarkan opsi baru yang win win solution. Kembali pada prinsip hubungan percintaan yang sudah disinggung diatas. Jika pemerintah cinta dengan warganya dan ingin mebatasi warganya. Bikin warganya bahagia. Bukan sengsara. Kan yang awalnya sesumbar Covid tak akan merajalela juga dari candaan pemerintah. Kan yang dari awal tidak menutup pintu luar negeri juga pemerintah. Bahkan saat ini ketika banyak orang dipecat, pemerintah masih masukan tenaga kerja asing. Iya tau mereka punya skil, iya tau mereka sudah lewati prokes yang ketat, iya tau projeknya harus jalan tapi pemerintah bisa tidak menerapkan hal serupa pada orang-orang asli Indonesia yang kini tengah kelimpungan karena di PHK atau jualannya sepi pembeli? Kalau belum bisa juga kasih jaminan hidup, minimal kasih solusi supaya mereka tetap bisa hidup.
Yang namanya drama kadang ada sisi kocaknya. Drama PPKM juga punya sisi humoris. Saya mau sebutkan satu. Soal penyekatan. Dibanyak kota, penyekatan diberlakukan. Menutup sebuah ruas jalan. Pertanyaanya buat apa? satu ruas jalan ditutup dan membuka ruas jalan lain hanya akan membuat kerumunan. Bukan kah kerumunan adalah hal yang paling dihindari dari Covid 19? Lalu kenapa dibiarkan? Coba diliat efektivitasnya, coba belajar dari apa yang terjadi saat ini. Masyarakat yang harus keluar rumah untuk menuju lokasi tertentu tidak akan semuanya putar balik hanya karena satu jalan ditutup. Masa yang seperti itu gak tau?
Jika AADC sudah punya dua sekuel dan saya begitu mengaggumi ceritanya. Maka Sekuel PPKM sama sekali tidak saya nantikan. Walaupun berganti judul, berganti singkatan kecuali berganti kebijakan yang pro dengan semua masyarakat Indonesia dan benar-benar ampuh untuk menyehatkan segenap warga negara
Indonesia harus sehat. Kita semua harus pulih. Semoga ini segera berakhir, semoga tidak banyak lagi kabar duka yang didengar. Semoga pemerintah benar-benar bisa mengeluarkan kebijakan yang ampuh dan berkeadilan untuk seluas-luasnya masyarkat Indonesia
Komentar
Posting Komentar