Langsung ke konten utama

Kesumat Markonah



Markonah adalah itik. Dan kini diusianya yang masih sangat belia, dia mesti mengetahui kenyataan kalau ibunya sebentar lagi akan meregang ajal ditangan para tukang jagal. Saat itu adalah hari perpisahan. Sebelum subuh nanti, ibunya akan dibawa ke tempat pemotongan ayam untuk disembelih. Kemudian tubuh ibunya bakal dimutilasi, di pisahkan kaki dan badanya. dicerabuti semua bulunya dan celupkannya tubuh munel ibundanya itu ke minyak panas. Semua sudah terbayang dibenak Markonah. Tak ada yang bisa ditolerir. Semuanya memang seharusnya begitu. Meski begitu, dalam hatinya dia hendak menggugat kenyataan

Dalam pesta perpisahan dengan ibunya. Markonah tak henti-hentinya berada di samping sang induk. Sementara sang induk terlihat tenang meski ajalnya sudah hanya hitungan jam. Markonah terus berceracu tentang takdirnya sebagai ayam potong yang menurutnya tak adil

“Kau tak usah risau nak. Sudah jadi ketentuan kita begini. Bagi ibumu lebih baik mati ditangan para jagal ketimbang harus mati terlindas motor lantaran mencoba kabur. Mencoba membelokan takdir. Kau persis ayahmu. Pemberontak. Padahal kau masih kecil. Kau itik yang pemberani”

“Maksud ibu, ayah mati tertabrak motor itu karena memilih takdir?” tanya Markonah

“Setiap kita punya takdirnya masing-masing. Ayahmu tak mau mati dipenggal pisau tajam. Dia kabur untuk menemukan hidup yang lebih baik. Dia tinggalkan aku. Juga kau” Suara ibu markonah sedikit bergetar “ Tapi, setelah berhasil kabur, takdir lain menyapa. Dia tertarak motor. Dagingnya jadi tak berguna. Tak ada yang mau menguburkannya. Akhirnya dibakar lah iya. Tragis” Ibu Markonah tersedu

“Ayah tidak cerdas. Iya mati tanpa tujuan yang jelas. Hilang nyawa tapi tak berbekas” Mata markonah kosong

“Nak, percayalah ini jalan terbaik bagi kita ayam-ayam potong. Hidup sebentar tapi bermanfaat bagi banyak manusia. Jadilah pintar, jadilah cerdas saat ajal menjemputmu Markonah. Jangan biarkan hidup singkatmu sia-sia. Ingat, semua mahluk itu hidup untuk mati”

“Aku turuti perintahmu bu” Markonah menangis mendekap ibunya. Kisah haru induk dan anak itu tak lama lagi segera berakhir. Para penjagal sudah berisap dengan pisau-pisaunya. Mulailah ayam-ayam pilihan itu dipisahkan satu-satu termasuk ibu markonah yang diambil paksa ketika masih mendekap anak kesaayangannya

“Kita akan bertemu lagi nak. Makanlah yang banyak dan cepat besar. Kita akan berkumpul lagi di alam sana” Kata ibu markonah sembari di cincing kakinya dan diangkat tubuhnya. Markonah menjerit tertahan melihat ibunda kesayangan diperlakukan seperti itu. Juga orang tua kawan-kawannya. Kandang ramai dengan pekikan suara ayam di malam menuju pagi. Terputus sudah ikatan itik dan induk.

“Selamat jalan bu, aku akan mati dengan cerdas”

Hari berganti dan Markonah belum juga dapat cara membalskan kesumatnya. Semenatar bobot badanya terus bertambah. Dia sudah tidak bisa lagi disebut itik. Dia tumbuh dengan daging berisi. Dan itu artinya hari pembantaian bagi dia sudah semakin dekat. Hingga akirnya ia menemui Sodik yang tengah terkulai lemas dipojokan kandang. Entah kenapa Sodik sahabatnya itu bisa sedemikian lunglai. Padahal hari-hari biasanya dia adalah sosok yang paling ceria. Ketika Markonah selidiki. Sodik memang tak makan beberapa hari ini karena kesehetannya terganggu. Beberapa hari sebelumnya sodik juga kehujanan lantaran salah satu atap kandang yang bocor. Wajah sodik semakin tirus dan warna bulunya juga tak lagi menarik. Belum sempat Markonah menolong. Penjaga kandang yang sedari tadi mengawasi tiba-tiba merebut Sodik dari hadapan Markonah. Pria itu kemudian mengeluarkan Sodik dari kandang sembari berkata “Ayam ini sakit. Sakitnya bisa menular. Bisa bahaya juga kalau sampai dimakan orang”

Bahaya? Ayam potong bisa membahayakan manusia? Hewan yang umurnya hanya satu bulan ini bisa jadi ancaman juga ternyata? Markonah terkesiap. Ternyata tubuh ringkih Sodik yang justru tak berdaya itu bisa jadi senjata pembalasan. Markonah mulai membuat rencana. Sementara Sodik menghadapi kemalangannya dengan mati dibakar hidup-hidup

Markonah si betina lantang itu suatu hari berpetok kencang meminta semua ayam memerhatikannya. Hal yang membuat semua ayam jadi terdiam dan dengan kompak memerhatikan Markonah. Markonah memulai orasinya. Sebuah orasi yang kemudian membuat semangat kekompakan para ayam terbakar

“Kita tentu tidak bisa tinggal diam. Kita harus balas perbuatan manusia. Mereka itu mahluk paling arogan. Seenaknya membantai kita. Mencabik-cabik bulu kita. Memenggal kepala kita. menggoreng dada dan paha sampai mensuir sayap-sayap lemah kita! Kita tidak boleh diam. Kita mesti balas mereka. Manusia-manusia kejam itu mesi dapat pelajaran. Bahwa kita tidak lemah. Bahwa mereka tidak bisa lagi seenaknya memotong-motong tubuh kita untuk kemudian dimakan. Dimakan teman-teman!” Mata Markonah makin melotot dan suaranya tambah lantang. Semua ayam terhipnotis mendengarkan orasinya

“Mereka membunuh kita lalu berapa banyakdiantara mereka yang menyianyiakan tubuh kita? membuang bagian tubuh dengan seenaknya hanya karena kita tidak enak, kita tidak gurih, kita kurang bumbu! Mereka yang bodoh memasak. Kita yang sia-sia. sebagian daging kita dibuang ketempat sampah. Tulang-tulang kita digerogoti kucing! Sebegini tak berharga kah tubuh kita? Mulai saat ini. Kita harus bangkit dan ganti merobohkan mereka”

“Caranya?” Salah satu ayam bertanya

“Kita tidak bisa melawan takdir. Semua akan mati. Tapi, kita juga mesti mati dengan terhormat. Dengan misi pembalasan”

“Iya tapi gimana caranya!?” Si ayam tadi mulai bertanya dengan nada menghardik

“Sodik, aku dapat inspirasi darinya. Dia mati dibakar gara-gara penyakitan. Dia berbahaya bagi manusia kalau sampai dagingnya tertelan. Bisa mati juga manusia. Karena itu, kita mesti sakit. Kita mesti kotor agar penyakit mudah datang. Pada mereka yang sudah terjangkit kita mesti dekati supaya tertular. Tapi, kita juga harus kuat jangan terlihat lesu dan akhirnya mesti mati dibakar karena ketahuan sakit seperti sodik. Bagaimana? Mulai saat ini perang dimulai. Mulai saat ini kita adalah ancaman bagi manusia!”

Seluruh ayam memetok tarik. Hidup mereka bukan lagi menunggu mati dengan pasrah. Ada misi perlawnan dalam benak mereka. Misi balas dendam atas tubuh-tubuh orang tua mereka yang di sembelih.

Mulai saat itu mereka hidup kotor. Ketika penjaga membersikan kandang. Secepat itu pula menreka mengotorinya. Mereka tetap makan supaya tidak kurus. Saat malam tiba, mereka berbondong-bondong untuk melubangi atap supaya ketika hujan turun mereka bisa terkena air hujan dan penyakitan. Hal itu dilakukan tiap hari. Hingga akhirnya satu persatu ayam mulai terjangkit penyakit. Ketika terlihat lesu, Markonah menyemangati. Semua kompak satu sama lain. Tiga hari lagi mereka akan dipotong.

Hingga pada waktunya tiba. Mereka saling berpelukan. Penyakit sudah berhasil mereka jangkit. Mereka sudah sangat lemah dan tak berdaya. Sudah tak bisa lagi memendam rasa sakit. sudah tak banyak lagi yang bersuara apalagi jalan. Namun, petaka datang ketika penjaga mulai curiga pada ayam-ayam yang tak berdaya dan terlihat lesu. Si penjaga itu kemudian memanggil tukang jagal untuk memastikan apakah mereka sakit atau tidak. Si tukang jagalpun curiga. Bahkan sudah berniat untuk membakar ayam-ayam itu secara berjamaah

Mengetahui rencananya diambang kegagalan. Markonah bangkit. dia berjalan kesana kemari. Menampilkan jika dirinya layak konsumsi. Suara ia keluarkan walaupun tenggorokannya sudah sangat sakit sekali. Sayap ia kibas-kibas supaya percaya kalau Markonah adalah ayam yang sehat. Melihat Markonah bangkit. Ayam lainpun mengikutinya, melawan rasa sakit yang mereka derita. Hingga akhirnya penjagapun merasa kalau ayam-ayam itu tidak sakit dan siap potong.

Satu persatu ayam itu diambil. Dicincing kaki ayam itu satu persatu. Tukang jagal itu sudah bersiap. Hingga tiba giliran Markonah. Ia kini siap menemui takdir. Tubuhnya yang kini munel dan langkahnya yang gesit ketika hendak ditangkap membuat si penjaga mengumpat “kau akan jadi santapan aku dan kawan-kawan buat malam tahun baru” ujarnya sembari tertawa.

Markonah digeletakan. kepalanya dipegangi. Pisau sudah menempel dilehernya. Sebentar lagi ia meregang nyawa. Markonah puas kesumatnya sebentar lagi terbalas. Orang-orang akan tewas bergelimpangan setelah menyantap tubuh dia dan kawan-kawanya. Sebelum tajamnya pisau mengoyak lehernya. Maronah berkata

“Bu aku berhasil membalas kesumat kelompok kita. Aku akan mati dengan cerdas”


Dan setelah Markonah mati, banyak orang terkena penyakit flu burung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kala Pianis Asal Garut Harumkan Nama Indonesia di Kompetisi Dunia

Ada sekitar 2000 lampu bergelantung yang mengilat asal Austria, marmer-marmer kokoh pemberian Italia, cermin jumbo kualitas terbaik dari Belgia, pohon dedalu yang rimbun hibahan Kerajaan Britania Raya dan tentunya bangunan megah khas negeri adidaya. Disebuah bangunan kesenian bersejarah paling prestisius di Amerika Serikat itu, seorang pria kelahiran Garut melangkah, dengan setelan jas rapih dan rambut klimis, dia berhasil masuk dengan tepuk tangan yang riuh dan keluar dengan membuat seisi bangunan terpukau. Siapa dia sebenarnya? Barangkali bagi mereka yang menggemari dunia kesenian, akan sangat memimpikan tampil di John F Kennedy Center. Sebuah simbol kesenian masyarakat Amerika yang dibangun tepat di jantung negara, Washington DC. Setiap hari, kegiatan berkesian digaungkan disana. Ada banyak musisi yang tampil dan ada lebih banyak penonton yang melihat. Dari banyak musisi yang berhasil tampil disana. Barangkali Kasyfi Kalyasyena adalah musisi pertama asal Indonesia yang...

Saat Tayangan Bola Hilang, Mimpi Menjadi Pesepak Bola Ikut Melayang?

Ada satu hal yang membuat Jepang begitu superior dalam hal Sepak Bola setidknya di Kawasan Asia. Negara Matahari terbit itu selalu jadi langganan piala dunia bahkan selalu menjadi tim favorit tiap gelaran piala asia dilangsungkan. Selain itu bersama Korea Selatan, Jepang menjadi salah satu negara dari asia paling tinggi peringkatnya di FIFA Jepang melakukan pembibitan pemain muda dengan matang. Tak hanya membuat kompetisi dan terus mencari bakat-bakat terbaik kepelosok negeri. Jepang juga merangsang pola pikir anak-anak disana untuk mencintai Sepak Bola menggunakan anime berjudul Kapten Tsubatsa. Sedikit banyak anak-anak di Jepang menjadi ingin seperti Tsubatsa. berkeliling dunia menjadi pemain bintang asal jepang pertama yang menjuarai sejumlah gelar di benua biru Bahkan, bukan hanya anak-anak jepang saja. Anime ini juga di putar dibanyak negara. Indonesia adalah salah satunya. Dan tentu bagi anak tahun 90an menonton anime kapten tsubatsa adalah memupuk mimpi untuk jadi...

Bukan Cuma Narkoba, Ternyata Gula Juga Bisa Bikin Sakaw!

Selama ini kita ‘kecanduan’ biasanya selalu berkaitan dengan sesuatu yang negatif. Kata kecanduan erat kaitanya dengan kata bernilai minus lain seperti ‘kecanduan narkoba’ atau ‘kecanduan rokok’ padahal apapun yang membuat kita senang dan membuat kita melakukanya berkali-kali juga patut disebut kecanduan. Termasuk mengonsumsi gula Yap. Siapa yang tidak suka gula? banyak sekali makanan yang menyisikan oemanis alami ini sebagai bahan dasarnya. Apalagi kalau sudah masuk ke ranah cemilan atau kue-kue-an. Penggunaan gula sudah saklek dan tidak bisa ditawar lagi. Tak banyak yang bisa dilakukan pedang kue tanpa gula. Maka berterimakasilhla kita semua pada petani tebu dan para petani bahan dasar gula lainnya Faktanya seseorang terpikat melakukan sesuatu dan mengulanginya terus menerus oleh sebab dirinya bahagia meklakukannya . Begini, dalam otak manusia ada yang disebut dengan sistem imbalan atau orang-orang pintar menyebutnya dengan dopamin mesolimbik. Nah, saat diri kita merasa pe...