Tidak ada orang yang bisa memilih lahir dari rahim siapa.
Semua adalah suratan. Kita bahkan tidak mengenal siapa orang tua kita sampai
pola pikir kita benar-benar terbentuk. Barangkali butuh waktu dua sampai tiga
tahun untuk mengerti bahwa kita telah terlahir dan akan menjalani segala
kerumitan dunia.
Jika kelahiran dan orang tua adalah takdir yang suka tak
suka harus dijalani. Maka, mendapatkan perilaku yang layak, kasih sayang dan
ilmu adalah hak yang harus didapatkan semua manusia dari orang tuanya. Mereka
berkewajiban untuk memenuhi itu. Dengan atau tanpa harta, kasih sayang dan ilmu
adalah paket lengkap yang harus diberi tanpa mengenal batas. Sebab itu menjadi
orang tua bukan sekedar menyandang status sebagai ayah ataupun ibu. Menjadi
orang tua berarti membuka dunia baru atas kewajiban-kewajiban besar yang harus
dipenuhi
Terdengar berat dan kompleks? bisa jadi iya, bisa jadi
tidak. Menjadi orang tua adalah alur bagi sebagian besar manusia. Ketika ijab
sudah diambil dan terkabul. Maka tampuk tanggung jawab itu sudah sedianya
dipersiapkan. Sudah sedianya dipikirkan. Sebab hidup tak akan pernah bisa
datar, hidup adalah nada, yang rendah tingginya adalah bagian dari keindahan.
Jadi, setiap orang akan berjumpa dengan masalahnya masing-masing. Akan bertemu
dengan tembok penghalang sendiri-sendiri. Bisa jadi, tembok masalah itu berupa
anak
Begini, seperti yang disinggung diawal, setiap anak memiliki
hak mendapat kasih sayang dan ilmu. Jika dua hal tidak terpenuhi dengan baik,
maka jangan salahkan anak yang dikemudian hari tak sealiran dengan orang
tuanya. Anak akhirnya dianggap jadi tembok penghalang, padahal tembok itu sudah
dibangun sendiri oleh pikiran orang tuanya sejak anak masih kecil
Berapa banyak orang tua yang menginginkan anaknya jadi juara
di kelas? Rangking pertama, menangi sapta lomba, dapat beasiswa dan lain
sebagainya. Pernahkan orang tua bertanya apa yang anaknya mau? Apa memang itu
yang anaknya inginkan? Kebahagiaan si anak adalah prioritas yang sudah
selayaknya diperjuangkan. Jika anaknya tak suka berenang, jangan masukan dia
les berenang. Jika anaknya tak suka biola, jangan daftarkan dalam les biola.
Anak itu manusia, kelak dia akan dewasa, tumbuh dengan
pikirannya masing-masing. Dan keluarga, orang tua khususnya adalah cetakan,
didikan apa yang orang tuanya terapkan akan membentuk seperti apa anaknya di
masa yang akan datang.
Jadi, cobalah tanya pada dirisendiri. Taruh cermin,
bicaralah, jika pembaca adalah anak-anak, apa yang paling pembaca inginkan? Apa
cita-cita pembaca, bagaimana caranya supaya cita-cita itu dapat tergapai. Mulai
dari sana, mulai dari bertanya pada diri sendiri. Lalu tanya pada si kecil, apa
yang dia sukai, beri porsi yang banyak pada letak gembiranya. Beri pendidikan
dan ilmu yang pas sesuai porsi usianya. Biarkan dia menikmati masa kecilnya,
tertawa, senang sedih dan menangis karena hal-hal sepele. Masa kecil hanya
sekali, jadi dampingi kebahagiaannya
Ya, mendampingi adalah kunci dari tulisan ini. Sebesar apapun rumah, setinggi apapun jabatan jika anak tak pernah dapat dampingan, maka mohon maaf, kelak dia akan tumbuh jadi tembok besar yang dianggap benalu. Padahal kitalah pabriknya
Bentar, baca juga tulisan Nisa ini ya
* Tulisan ini adalah awalan dari proses literasi yang coba saya bangun bareng temen saya Anisa. Kami menyebut proses ini dengan nama #AWTalk. Setelah tulisan ini, kita coba untuk buat tulisan-tulisan lain, Bukan semata untuk dibaca banyak orang tapi kita sadar, semua yang mampet diotak harus segera diluruhkan.
Komentar
Posting Komentar