Langsung ke konten utama

AWTalk01 Padahal Kitalah Pabriknya




Tidak ada orang yang bisa memilih lahir dari rahim siapa. Semua adalah suratan. Kita bahkan tidak mengenal siapa orang tua kita sampai pola pikir kita benar-benar terbentuk. Barangkali butuh waktu dua sampai tiga tahun untuk mengerti bahwa kita telah terlahir dan akan menjalani segala kerumitan dunia.

Jika kelahiran dan orang tua adalah takdir yang suka tak suka harus dijalani. Maka, mendapatkan perilaku yang layak, kasih sayang dan ilmu adalah hak yang harus didapatkan semua manusia dari orang tuanya. Mereka berkewajiban untuk memenuhi itu. Dengan atau tanpa harta, kasih sayang dan ilmu adalah paket lengkap yang harus diberi tanpa mengenal batas. Sebab itu menjadi orang tua bukan sekedar menyandang status sebagai ayah ataupun ibu. Menjadi orang tua berarti membuka dunia baru atas kewajiban-kewajiban besar yang harus dipenuhi

Terdengar berat dan kompleks? bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Menjadi orang tua adalah alur bagi sebagian besar manusia. Ketika ijab sudah diambil dan terkabul. Maka tampuk tanggung jawab itu sudah sedianya dipersiapkan. Sudah sedianya dipikirkan. Sebab hidup tak akan pernah bisa datar, hidup adalah nada, yang rendah tingginya adalah bagian dari keindahan. Jadi, setiap orang akan berjumpa dengan masalahnya masing-masing. Akan bertemu dengan tembok penghalang sendiri-sendiri. Bisa jadi, tembok masalah itu berupa anak

Begini, seperti yang disinggung diawal, setiap anak memiliki hak mendapat kasih sayang dan ilmu. Jika dua hal tidak terpenuhi dengan baik, maka jangan salahkan anak yang dikemudian hari tak sealiran dengan orang tuanya. Anak akhirnya dianggap jadi tembok penghalang, padahal tembok itu sudah dibangun sendiri oleh pikiran orang tuanya sejak anak masih kecil

Berapa banyak orang tua yang menginginkan anaknya jadi juara di kelas? Rangking pertama, menangi sapta lomba, dapat beasiswa dan lain sebagainya. Pernahkan orang tua bertanya apa yang anaknya mau? Apa memang itu yang anaknya inginkan? Kebahagiaan si anak adalah prioritas yang sudah selayaknya diperjuangkan. Jika anaknya tak suka berenang, jangan masukan dia les berenang. Jika anaknya tak suka biola, jangan daftarkan dalam les biola.

Anak itu manusia, kelak dia akan dewasa, tumbuh dengan pikirannya masing-masing. Dan keluarga, orang tua khususnya adalah cetakan, didikan apa yang orang tuanya terapkan akan membentuk seperti apa anaknya di masa yang akan datang.

Jadi, cobalah tanya pada dirisendiri. Taruh cermin, bicaralah, jika pembaca adalah anak-anak, apa yang paling pembaca inginkan? Apa cita-cita pembaca, bagaimana caranya supaya cita-cita itu dapat tergapai. Mulai dari sana, mulai dari bertanya pada diri sendiri. Lalu tanya pada si kecil, apa yang dia sukai, beri porsi yang banyak pada letak gembiranya. Beri pendidikan dan ilmu yang pas sesuai porsi usianya. Biarkan dia menikmati masa kecilnya, tertawa, senang sedih dan menangis karena hal-hal sepele. Masa kecil hanya sekali, jadi dampingi kebahagiaannya

Ya, mendampingi adalah kunci dari tulisan ini. Sebesar apapun rumah, setinggi apapun jabatan jika anak tak pernah dapat dampingan, maka mohon maaf, kelak dia akan tumbuh jadi tembok besar yang dianggap benalu. Padahal kitalah pabriknya 

Bentar, baca juga tulisan Nisa ini ya

* Tulisan ini adalah awalan dari proses literasi yang coba saya bangun bareng temen saya Anisa. Kami menyebut proses ini dengan nama #AWTalk. Setelah tulisan ini, kita coba untuk buat tulisan-tulisan lain, Bukan semata untuk dibaca banyak orang tapi kita sadar, semua yang mampet diotak harus segera diluruhkan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari Buat Simpul dan Buat Stunting Jadi Tumpul

14 Oktober 2016 pagi. Lia saya sudah masuk ruang operasi. Sejak semalam sebelumnya dirinya tak bisa tidur, kandungan yang ada dalam rahimnya sudah tak betah. Ia ingin segera melihat dunia. Dan pagi itu adalah harinya. Setelah kesulitan melahirkan dengan normal. Lia memutuskan untuk ambil tindakan operasi caesar. Operasi berjalan lancar. Bayi lucu itupun lahir kedunia. Kelak, dia dinamai Ghayda Shanum Athaya Ghayda yang kini sudah nyaris berusia dua tahun tumbuh dengan begitu mengaggumkan. Maksdunya, diusia yang belum genap 24 bulan, Ghayda sudah bisa melakukan banyak hal. Dari mulai berhitung, menyebut dan membedakan warna, hingga daya ingatnya yang benar-benar membuat orang sedikit banyak terkagum. Lia sang ibu memang ibu masa kini, dia melakukan banyak hal agar kandungan yang dia miliki tetap sehat. Bahkan ketika Ghayda telah lahir, asupan gizi yang dia beri bisa dibilang teramat cukup dengan kualitas yang teramat baik. Lia bahkan bisa tegas untuk menolak susu formula

Dukung Bersama Asian Games, Cirebon Kirimkan Calon Atlet Legendaris

sumber gambar indosport.com Sebentar lagi genderang pesta olahraga paling heroik se-Asia akan segera di tabuh. Jutaan mata orang-orang Asia akan terarah pada dua kota besar di Indonesia . Jakarta dan Palembang. Tinggal hitungan hari lagi AsianGames ke 18 akan diselenggarakan. Sebanyak lebih dari 15 ribu atlet akan hadir dan memenuhi gelanggang-gelanggang yang sudah disiapkan. Dan mungkin akan ada puluhan ribu suporter yang tumpah ruah memenuhi sudut-sudut kota di Indonesia . Bukan sekedar untuk mendukung para atlet berlaga tapi juga untuk menikmati suasana ke Indonesiaan Penulis adalah salah satu orang yang terkejut sekaligus bangga ketika menonton penutupan Asian Games ke 17 empat tahun lalu di Korea Selatan. Saat itu diumumkan sekaligus diserah terimakan panji Asian games kepada perwakilan pemerintah Indonesia yang saat itu diwakilkan oleh Rita Subowo. Selain itu ditampilkan juga beberapa kesenian khas Indonesia . Salah satunya Reog Ponorogo. Ditampilkan secara kolo

Asian Games 2018, Majemuk Kita, Kekuatan Bangsa

penulis dengan para peserta lain (dari kamera @iyan_rahman46) Asian Games 2018. Ajang olahraga empat tahunan terbesar kedua didunia setelah olimipiade itu akhirnya mampir lagi di Indonesia. Empat tahun lalu. Basuki Tjahaya Purnama dan Alex Noerdin dua orang dengan jabatan paling tinggi di Provinsi DKI Jakarta dan Sumatera Selatan berdiri diatas panggung penutupan Asian Games 2014 di Korea Selatan Empat tahun sudah berlalu. Kini waktunya tiba. Ketika tulisan ini dibuat, waktu dibukanya Asian Games ke 18 sudah tinggal 48 jam lagi. Indonesia sudah sangat bersiap. Jakarta dan Palembang dua kota tuan rumah utama Asian Games ini sudah begitu bergembira menyambut pesta olahraga paling ditunggu tahun ini Semaraknya Asian Games nan Menyeluruh Bukan hanya Palembang dan Jakarta yang bersolek untuk menyambut semaraknya Asian Games 2018. Tapi semua kota. Memang beberapa kota sekedar memberi dukungan lewat spanduk-spanduk sederhana. Tapi dukungan tetaplah dukungan. Tidak bisa da